Senin, 01 Juni 2015



 

I.              MASALAH UTAMA

Resiko bunuh diri


II.           PROSES TERJADINYA MASALAH.
A.    Pengertian.
Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati sehingga melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut.  Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup.

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
ü  Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
ü  Bunuh diri dilakukan dengan intensi
ü  Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
ü  Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala :
ü  Sedih
ü  Marah
ü  Putus asa
ü  Tidak berdaya
ü  Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
ü  Memperlihatkan permusuhan.
ü  Keras dan menuntut.
ü  Mendekati orang lain dengan ancaman.
ü  Memberi kata-kata ancaman.
ü  Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
ü  Rencana melukai diri sendiri dan orang lain

B.     Penyebab.   
Menurut beberapa teori penyebab dari bunuh diri itu Sendiri dibagi menjadi :
1.    Faktor genetic dan teori biologi, Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2.    Teori sosiologi, Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3.    Teori psikologi, Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
4.    Penyebab lain
-    Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
-    Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaanTangisan untuk minta bantuan
-    Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik

Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.  Terbagi menjadi:
1.      Faktor Genetik. 
2.      Faktor Biologis lain. 
3.      Faktor Psikososial & Lingkungan. 

·      Faktor genetik (berdasarkan penelitian): 
ü  1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri. 
ü  Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot. 
·      Faktor Biologis lain:
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
ü  Stroke. 
ü  Gangguuan kerusakan kognitif (demensia). 
ü  DiabetesPenyakit arteri koronaria. 
ü  Kanker. 
ü  HIV / AIDS.

·      Faktor Psikososial & Lingkungan:
ü  Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir depresi.
ü  Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang, memandang rendah diri sendiri
ü  Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung social. 

Penyebab terjadinya resiko bunuh diri salah satunya adalah karena gangguan konsep diri: harga diri rendah.  Menurut Schult & Videbeck (2003) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Keliat, 2004). 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.


Menurut Carpenito dan Keliat tanda dan gejala dari bunuh diri antara lain yakni :
a)        Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b)        Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c)        Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d)        Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e)        Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f)         Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan

C.     Akibat. 
Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
ü  Keputusasaan
ü  Menyalahkan diri sendiri
ü  Perasaan gagal dan tidak berharga
ü  Perasaan tertekan
ü  Insomnia yang menetap
ü  Penurunan berat badan
ü  Berbicara lamban, keletihan
ü  Menarik diri dari lingkungan social
ü  Pikiran dan rencana bunuh diri.
ü  Percobaan atau ancaman verbal


III.        POHON MASALAH

Akibat                                    Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Core Problem                                                 Resiko bunuh diri.

Etiologi.                                                         Harga diri rendah.

IV.        MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
A.    Masalah keperawatan
a.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b.      Resiko bunuh diri
c.       Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

B.     Data yang perlu dikaji
a.      Resiko bunuh diri
·         DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
·         DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
b.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah
·         DS  : Mengungkapkan bahwa dirinya tak bisa apa – apa, tak ada yang mempedulikan, dirinya tak berguna, jati diri ingin diakui, mengkritik diri sendiri, dsb.
·         DO : Merusak diri sendiri / orang lain, menarik diri dari hubungan social, tampak mudah tersinggung, susah makan dan tidur, dsb.
c.       Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
·         DO : Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
·         DO : Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

C.      Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
a.        Jenis kelamin         : resiko meningkat pada pria
b.        Usia                       : lebih tua, masalah semakin banyak
c.         Status perkawinan : menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri
                                        merupakan masalah.
d.        Riwayat keluarga   : meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh
                                        diri / penyalahgunaan zat.
e.         Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
f.         Faktor kepribadian : lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
g.        Lain – lain              : Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih
                                        beresiko mengalami perilaku bunuh diri.

V.           DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko Bunuh Diri
2.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah. 
3.      Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

VI.        RENCANA TINDAKAN KPERAWATAN

A.    Diagnosa 1              : Resiko bunuh diri
Tujuan umum           : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus          : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan                 :
-    Perkenalkan diri dengan klien
-    Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
-    Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
-    Bersifat hangat dan bersahabat.
-    Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

ü  Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
-    Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
-    Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
-    Awasi klien secara ketat setiap saat.
ü  Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
-    Dengarkan keluhan yang dirasakan.
-    Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
-    Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
-    Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.
-    Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.
ü  Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
-    Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
-    Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
-    Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,    keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
ü  Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
-    Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
-    Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
-    Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif. 

B.     Diagnosa 2        :  Gangguan konsep diri: harga diri rendah. 
Tujuan umum    :  Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus   : 
a.      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
-     Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 
-     Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 
-     Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 
b.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
-     Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
-     Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
-     Utamakan pemberian pujian yang realitas.
c.       Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga.
Tindakan:
-    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
-    Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah. 
d.      Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
-    Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
-    Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
-    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
e.       Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan . 
Tindakan :
-   Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
-   Beri pujian atas keberhasilan klien.
-   Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
f.       Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. 
Tindakan :
-    Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
-    Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
-    Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
-    Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

C.     Diagnosa           : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan umum     : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 
Tujuan khusus    :
-    Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya.
-    Pasien mampu mengungkapkan perasaannya.
-    Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
-    Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik. 
Tindakan  : 
·      Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan   lingkungan. 
·      Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
-   Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
-   Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
-   Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting.
-   Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien.
-   Merencanakan yang dapat pasien lakukan.

·      Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
-   Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
-   Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah.
-   Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik. 
























DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000.
Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

1 komentar:

  1. Sudah cukup bagus dek, tetapi harus lebih banyak baca dan menulis lagi supaya bisa lebih baik lagi tulisannya ya.... hindari plagiat dan tetap semangat ya....
    God bless

    BalasHapus